Beberapa hari yang lalu, nominasi Piala Oscar untuk tahun ini sudah diumumkan, geng. Bagaimana nasib film favorit kalian di ajang bergengsi tersebut?
Berbeda dengan Piala Oscar yang sepertinya sangat mengagungkan film ini, sayangnya Jaka menganggap Joker nggak pantas mendapat semua nominasi itu.
5 Alasan Kenapa Joker Nggak Pantas Diguyur Oscar
Tapi secara keseluruhan, banyak elemen dari film ini yang patut dipertanyakan, terutama ketika dihadapkan dengan film berkualitas lainnya yang keluar di tahun 2019.
Ingat, geng, Jaka bukan menyatakan film Joker itu buruk, tetapi memang bagi Jaka, ada 5 alasan kenapa Joker nggak pantas diguyur Oscar yang akan Jaka bahas di sini.
1. Hanyalah Tiruan Belaka dari Film Martin Scorsese
Kasarnya, film Joker bisa dibilang adalah versi instan dari ramen berkualitas yang di perbandingan ini adalah film dari sutradara ternama Martin Scorsese.
Pengaruh dari
film psikopat Taxi Driver dan
The King of Comedy besutan Scorsese terlihat jelas di film
Joker yang juga dibintangi oleh aktor
Robert De Niro.
Di ketiga film tersebut, kita melihat tokoh pria yang memiliki kritis eksistensial atas, tetapi Joker kehilangan elemen kemanusiaan dari dua film Scorsese tersebut.
Tokoh Arthur Fleck/Joker tidak memiliki kompleksitas yang ditunjukkan oleh Travis Bickle di Taxi Driver yang membuatnya kurang menarik.
Selain itu, film ini juga kehilangan elemen kekonyolan dari film The King of Comedy yang berfungsi untuk 'memanusiakan' film tersebut.
Hasilnya, film Joker terlihat seperti imitasi belaka yang tidak memiliki kedalaman dari dua film mahakarya Scorsese tersebut, geng!
2. Memiliki Aspirasi Tinggi tapi Sebenarnya Dangkal
Sebagai salah satu sutradara paling dihormati di dunia film, nggak heran kalau sutradara Todd Phillips terinspirasi oleh sosok Scorsese.
Sayangnya, seperti yang Jaka telah sebut di atas, Phillips gagal menyamai kualitas film Scorsese yang malah menjadi bumerang terhadap film ini.
Phillips membuat Joker sebagai character study tentang anggota kaum marjinal yang hidup di dunia yang sepertinya sudah tidak peduli dengan nasib mereka.
Selain amarah Fleck yang ditunjukkan secara ekstrim, tokoh tersebut nggak memiliki ideologi spesifik dan nggak jelas apa yang Phillips coba sampaikan di film ini.
3. Penyakit Kejiwaan yang Digunakan Sebagai Pertunjukkan
Film Joker memiliki poin yang menarik ketika ditunjukkan bahwa program jaminan sosial yang membantu Fleck dengan kondisinya harus dipotong.
Tetapi, penyakit kejiwaan Fleck seringkali hanya digunakan sebagai ajang bagi Phoenix untuk menunjukkan kualitas aktingnya sebagai Fleck.
Alih-alih menimbulkan simpati untuk karakter tersebut, Jaka merasa kondisi Fleck dipertontonkan ke publik layaknya kita sedang ada di kebun binatang, geng.
Meskipun penampilan Phoenix memang patut dipuji, nggak jarang Jaka merasa karakter Fleck berubah menjadi karikatur penderita penyakit kejiwaan.
4. Nihilisme Berlebihan yang Kekanak-kanakan
Kalian di sini yang sering berinteraksi dengan anak kecil pasti sudah tahu kalau yang namanya tantrum itu sudah menjadi hal biasa bagi anak-anak.
Kata tantrum sebenarnyajuga merupakan kata yang cocok untuk menggambarkan tokoh Arthur Fleck yang hanya bisa marah nggak jelas terhadap situasi yang menimpanya.
Seperti yang sudah jaka bilang sebelumnya, Phillips nggak menawarkan ideologi spesifik di film ini selain
kemarahan dan kekerasan yang berlebihan.
Tanpa adanya ideologi atau tujuan yang jelas, aksi Joker di sini menjadi tidak lebih dari sebuah eskpresi tantrum dari orang dewasa.
Menurut Jaka, hilangnya tokoh Batman sebagai antitesis moral membuat paham nihilisme dari Joker menjadi tidak terbendung dan terkesan kekanak-kanakan.
5. Menakjubkan Secara Teknis, Tetapi Hampa Secara Artistik
Banyak juga yang sudah memuji sinematografi dan musik latar yang digunakan di film ini karena berhasil menyampaikan kesan suram dari latar kota Gotham.
Sayangnya, semua kekurangan yang Jaka bahas di atas membuat film Joker menjadi film yang terlalu satu dimensi karena hanya mengandalkan segi teknis.
Jaka nggak merasa waktu Jaka terbuang percuma setelah menonton film ini, tetapi ceritanya yang nggak menarik juga membuat Jaka menolak untuk menonton lagi film ini.
Menurut Jaka, film yang sepatutnya diguyur Oscar itu adalah film yang bisa membuat Jaka terus kepikiran dan Joker bukan film seperti itu.
Akhir Kata
Itulah, geng, 5 alasan kenapa Joker nggak pantas diguyur Oscar dari Jaka. Sebagai ajang paling bergengsi di film, seharusnya Oscar bisa lebih kritis.
Menurut Jaka, masih ada film lain seperti The Farewell dan Little Women yang sebenarnya lebih menarik dari Joker, tetapi terlewatkan.
Apakah menurut kalian Joker pantas diguyur Oscar? Apa film lain yang menurut kalian lebih pantas? Share di kolom komentar ya!
Belum ada Komentar untuk "5 Alasan Kenapa Film Joker Gak Pantas Dapat 11 Nominasi Oscar, Membosankan?"
Posting Komentar